Slice of heaven, sekilas dari namanya langsung terbayang sebuah cafe yang menyuguhkan potongan cakes yang rasanya bakal surga banget. Tapi ternyata imajinasiku jauhhhh bangett dari kenyataannya, slice of heaven adalah sebuah restaurant bertemakan modern japan western italian food yang lokasinya di salah satu mall bergengsi di Jakarta, yesss Grand Indonesia (west mall 5th floor) atau disingkat GI.
Bermula dari kasus penculikan yang pelakunya teman-teman sedih-bahagia bersama-sama, menuju ke GI kamis malam jam orang pulang kerja, jauh-jauh macet-macetan dari Kelapa Gading cuma buat makan di sini. Awalnya malesin banget dehh, tapi kata-kata bujukan dan memelas keluar dari Mala (one of my best friends), "padahal kita sengaja beli vouchernya buat makan bareng sama u", alhasil hati luluh deh...
Sekitar jam 7 kurang (malem) kita berangkat, sampai di GI jam 8:30 malem, macet plus karena kita pakai layanan uber pool (jadi sempet diajak muter dulu ke rawamangun), perut udh mulai krucuk-krucuk. Hahaha... Restaurant yang katanya cukup ramai dan antri di saat weekend, cukup lenggang dihari kamis malam, hanya ada sekitar 10-12 tamu lainnya yang sudah mulai menyantap pesanan mereka. Suasanya ruangan cukup tenang dan cozy, penerangan yang cukup, dengan lampu kuning yang memancarkan kehangatan.
Satu persatu pesanan yang kita pesen muncul. Tiga macam dishes dan satu jug besar minuman yang cukup untuk makan malam kita bertiga. Minuman yang kita pesen namanya love dust (serbuk cinta gitu?), campuran jus kiwi, strawberry, jeruk nipis, apel, lalu ditambah sirup markisa dan mojito. Wahh lengkap sudah. Rasanya manis 80% asam 20%, dilengkapi potongan kecil buah-buahan yang bisa diseruput melalui sedotan, nyegerin dan harum banget pas diminum, kalau saya sih cocok banget, tapi si Hilda (another one of my best friends) bilang kaya minum pengharum kamar mandi/ruangan. Nahh looo?!?
|
Love dust (jug) 125K |
Time for meals. Cobain si bacon wrap dulu, ini yang daritadi udah diincer-incer, potongan daging pork yang kenyal dan empuk, lalu dibungkus dengan bacon, ga lupa dengan saus keju untuk nambahin kadar kalorinya seakan-akan bacon dan pork meat yang didalamnya masih belom cukup heavy calories! Ukurannya memang pas untuk one bite. Rasa bacon lebih mendominasi awalnya, namun pork meat yang terbungkus didalamnya juga perlahan mengeluarkan rasa yang light but delicious. Not bad pikir saya, tapi ga akan saya bela-belain kedua kalinya macet-macetan hanya untuk ini.
|
Bacon wrap 125K |
Selanjutnya cobain tahu dengan potongan daging sapi dan lelehan keju yang menggiurkan buat lidah modern seperti kita-kita, yang bikin menarik adalah penyajiannya diatas piring panas alias hotplate. Gimana mau kurussss kalau makannya beginian semua!?! Hahaha... saya pesen ini karena baca review orang lain yang katanya enak banget, tapi review saya jauh berbeda. Suapan demi suapan, hanya terasa corned beef alias daging kornet pakai keju. Potongan-potongan kecil tahu hanya sebagai pelengkap saja, menu utamanya adalah daging kornet pakai keju tokkkk. Mungkin buat penggemar keju sama kornet yaaa boleh lahh...
|
Tofu beef cheese 95K |
Dan terakhir kita santap waffle combo, 4 potong waffle dengan 2 potong bacon yang di oven sampe kering menurutku, deep fried chicken cutlet, ditambah sejumput fresh salad, telur mata sapi, dan sirup maple. Baconnya kerassssss, more like kepingan krupuk mentah yang pinggiran-nya warna warni. Tidak ada yang salah dengan wafflenya, semua orang pasti suka waffle hanya saja porsinya jangan berlebihan, 4 potong waffle buat makan bertiga, passs! Terakhir chicken cutletnya, daging ayam yang dilapisi remah roti dan digoreng kering, its heaven! Ini baru enak, outside layer was so crispy, and the meat was so juicy and rich! Akhirnya nemu yang bener-bener memuaskan. Hehehe...
|
Waffle combo 125K |
Harganya kalau dibilang murah ya ga murah juga, kalau mahal yaaaa ga gitu mahal jugaaa secara di GI gitu loh, jangan lah disamakan dengan warteg atau mcd ya kan?? Hehehe.... Kalau buat service, baguss kok, semua sopan dan baik. Malahan kita makan sampai malem banget, sampai yang lain udah mulai siap-siap tutup toko sisa kita bertiga yang masih duduk di meja makan, tapi ga ada satupun yang cembetutin kita atau negor kita untuk cepat-cepat keluar.
Saya sendiri bukan penggemar masakan western, kalau disuruh milih makan steak atau shabu-shabu, saya lebih milih shabu-shabu, jadi ulasan saya mungkin tidak objektif, boleh dicoba, hanya saja dari segi kenikmatan makanan tidak bisa membuat pengunjung merasa ingin terus-terusan kembali demi makanannya.
Enakan tahu gejrot yang di Dusun Bambu dehhh...walopun saat itu keringetan...hah...hah...hah...tapi ga usah keringetan ngegym seminggu...nyahahaha...
ReplyDeleteTahu gejrot trotoar jalan juga ga kalah enak, mumer lagi, yg bikin beda cuma lokasi.
Delete