Welcome to Sultan Hasanuddin International Airport. Terbang on-time, mendarat on-time juga. Ketika pesawat sudah mendekati Pulau Sulawesi, first impression yang ada dibenak saya adalah kondisi tanah-nya kok gersang gitu, dimana-mana pepohonan sudah jarang terlihat dan semua digantikan dengan tanah pertanian. Tentu saja namanya di daerah pasti tidak semaju di kota besar seperti Jakarta, rumah-rumah penduduk masih banyak yang menggunakan atap seng.
Ujung Pandang pada jaman pemerintahan Soeharto yang sekarang sudah berganti nama menjadi Makassar adalah ibukota dari provinsi Sulawesi Selatan, memiliki banyak tempat wisata pantai (Indonesia gitu loh, negara maritim gitu loh, ya laut lagi laut lagi pastinya) dan wisata kuliner yang ga kalah banyaknya. Rata-rata orang-orang yang berwisata dan mendarat di Makassar, semuanya bertujuan mengunjungi Tanjung Bira, atau ke Tanah Toraja. Kali ini saya mau pamerkan kelezatan kuliner Makassar.
Pemberhentian pertama dari Airport langsung menuju ke pusat kota buat nyobain Coto Nusantara yang terkenal, melewati 2 pintu tol yang pertama tarifnya 8500 lalu pintu tol kedua tarifnya 3500 (di pelosok daerah ternyata tarif toll mahal juga yakk). Jam 1 siang, udara puanasss banget, tapi yang berkunjung tetep aja rameee, rumah makan sederhana tanpa ac.
Begitu masuk, ternyata memang terkenal tampaknya, soalnya pas mau foto makanannya, ehh bapak'e langsung kasih jempol, mau foto coto aja sebenernya tapi ya sudahlah skalian sama si bapak. hehehe... Dan di tembok banyak terpajang foto-foto artis yang sudah pernah mampir kemari. Foto ai juga mau dong ikutan dipajang... nyahahah...
Semangkuk coto campur dengan potongan daging lokal dan jeroan-nya yang empuk dibanderol 23000 rupiah saja. Stock dagingnya banyakk, langsung dipotong pas ada orderan.
Porsinya disajikan imut-imut di mangkuk kecil, tapi pas disuap, rasanya kok ga abis-abis dagingnya. Tambah sesendok sambel taoco yang pedas gurih, tetesan jeruk nipis dan sedikit kecap manis. Ga ketinggalan dimakan bersama ketupat, 2000 rupiah satunya. Sambil makan sambil lap keringet, terus terakhir minum es teh tawar gratisnya, maknyooozzzz....
2. Warung Bravo, Jalan Andalas no.110
Sudah mulai sore, waktunya ngemil nih, tapi kira-kira ngemil apa ya enaknya... Something sweet di Warung Bravo, ahlinya es pisang ijo dan es pallu butung. Mampir yuuuu mampir~ Pallu butung dan pisang ijo sebenernya 11-12 lah ya, alias mirip, bedanya kalau pisang ijo itu si pisang dibungkus adonan bewarna hijau.
Jadi ai pesen si pisang ijo yang seharga 20000 rupiah seporsi join sama mami ai. Wahhh bener-bener beda loh rasanya sama yang di Jakarta, sum-sum nya lembut banget, tebel tapi ga bikin enek, kuah sirop merah yang dicampur sus kental manis, dan yang bikin suka tuh, si pisang sama si adonan ijo-ijo yang membungkus si pisangnya kenyal banget. Adonannya tebel tapi malah enak kenyal-kenyal. Toppp!
Selain itu, di sini juga ada jual jalangkote sama lumpia. What is that? Jalangkote itu adalah semacam pastel, dan lumpia-nya juga ada beda karena pakai ebi, jadinya enaknya juga beda! Begitu pesan langsung digoreng dan disajikan panas-panas. Bole la~ cicip sana cicip sini jadi kenyang deh.
Menjelang sore malam setelah check-in di hotel Horison Ultima Makassar (harga per malam beli pakai traveloka cukup merogoh kocek sebesar 375.000 rupiah per malam dan sudah termasuk makan pagi), petualangan lanjut ke Pantai Losari dan benteng Fort Rotterdam. Jadi city tour-nya kota Makassar ya ini, numpang foto dikitlah. Horison Ultima Makassar, Jalan Jendral Sudirman (sampingnya ada gedung Graha Tiberias Makassar).
Kalau kamu sudah ke Makassar, kamu akan merasakan suasana yang cukup berbeda dengan tempat-tempat wisata lainnya di Jakarta. Yang saya suka dari Makassar adalah tempat-tempat seperti alun-alun kota ini ga ada kesan seram atau bahaya sama sekali, suasananya ramai pengunjug dan penerangan juga cukup terang. Dan hebatnya, parkir di bahu jalan, atau di pesisir pantai losari, ga ada tukang parkir liar yang teriak "trusss trusss trusss, parkir goceng neng, makasih". hehehe... Maksudnya parkir di sini benar-benar free alias gratis, dan satpol pp juga standby untuk menjaga keamanan dan kenyamanan pengujung. Cool dahh...
3. Nasi Kuning Riburane, Jalan Riburane no.11
Pagi harinya, saya berencana mencoba Nasi Kuning Riburane yang cukup terkenal mahal dan enaknya dari hasil pencarian di google. Jam 07:30 pagi (oh ya, waktu di Makassar lebih cepat satu jam dibandingkan Jakarta), saya menyewa sepeda yang disediakan dari Hotel Horison Ultima, khusus tamu hotel tidak dikenakan biaya, cukup menitipkan KTP dan sebutkan nomor kamarnya.
Kurang lebih naik sepeda sekitar 10 menit lah dari hotel. Tokonya kecil, tapi memang ada aja yang beli, cuma tidak antri kok seperti yang diberitakan di media-media internet. Sebungkus harganya 38000 rupiah, f*cking expensive huh. Di Jakarta kalau beli nasi kuning 20rb aja udah ribut mahall-mahall, I think this is the most expensive nasi kuning that I ever buy! Is that also damn delicious? Let see then~
Beli sebungkus bawa pulang makan di kamar hotel. Okey akhirnya inilah saat yang ditunggu-tunggu, reviewnya. Kalau buat saya ya si petualang kuliner, ini afkirrrrr. Nasi kuningnya ga ada wangi sama skali, daging paru-nya kerasss (kaya daging sisa kemarin), telor-nya juga kaya telor udah dua hari punya, ibarat dipanasin didalam kuali sampe kuahnya kering sampe kulit telornya keras, terus kaga ada sambel-nya, kentang garing-garing-nya yang segaris-segaris itu juga alot ga garing. WTF dehhh!!! Kapokkk dah ahh, ga bakal ai beli lagi untuk second time. Udah mahal, ga enak lagiii. Jadi ini makanan mahal gara-gara dagingnya yang banyak, tapi rasa? Big no no.
Naik sepeda di kota besar juga kurang cocok, banyak debu kendaraan, mungkin kalau sore-sore menuju pantai rame-rame sama temen-temen masih bole la ya, kalau sendiri kaya anak ilang. Nyahaha... Lewatin Monumen Mandala, Pembebasan Irian Barat, cantikkkk jadi foto dehh... jeprettt!
4. Pallubasa Serigala, Jalan Serigala no.54
Malam hari nyobain Pallubasa Serigala, ini juga most wanted food nih. Buka sampai jam 10 malam, jam 8-an malam sampai lokasi, wahhh masih rame ajaa yang makan, parkiran mobil di sekitar rumah makan cukup padat. Ga heran kenapa termasuk top ten most wanted food in Makassar. hehehe...
Yang membedakan dengan coto nusantara adalah kuahnya yang lebih wangi rempah-rempah, pakai kunyit dan ada kelapa parut yang sudah disangrai kering. Dan pallubasa itu dimakan dengan nasi putih, kalai coto makannya pakai ketupat. Ooooo gitu tooo....
Seporsi hanya 18000 rupiah, tambah telot eh telorr 3000 rupiah. Tenang, bukan daging serigala kok. Nyahaha.... Sama juga disajikan dalam mangkuk kecil dan penuh isi. Emang ga salah deh, enak-nya nyata!! Nyahaha...
5. Mie Pangsit Kenangan, Jalan Lombok no.45
Sudah masuk hari ke tiga nih, udah mulai bosan dengan makanan daging dan kuah-kuah, jadi nyari mie pangsit deh kita, kan Ujung Pandang itu juga terkenal dengan mie-nya, seperti di Jakarta ada bakmie bintang gading, bakmie badji pamai, semuanya dari Ujung Pandang toh. Nah di Makasar yang terkenal adalah Mie Pangsit Kenangan.
This time is not halal food, dan seporsi bukan termasuk murah juga loh, semangkuk besar daging campur pakai usus pork dipatok seharga 46000 rupiah, untuk porsi kecil hanya beda dikit seharga 42000 rupiah. Tambah seporsi pangsit rebus kuah pake pork meat yang tebel-tebel, dihitungnya 3000 rupiah per piece. Untuk porsi besar isinya termasuk daging babi merah, ayam, daging chasio, dan usus, plus dua biji pangsit rebus dan dua biji pangsit goreng.
Yang besar porsinya bener-bener wow! hahaha... Ai makan berdua sama mami ai tetep aja ga abis, sisa sedikit dibungkus deh bareng pangsitnya. Untuk rasa, asli ga pakai micin, kuahnya muanisss bener-bener manis daging, dan yang bikin special itu adalah sambelnya, sambel rawit merah di blender sampai halus dan rasanya bener-bener hotttt. Kalau buat lidah Jakarta seperti saya, agak sedikit hambar ya, tapi dimeja sudah tersedia minyak wijen, lada, dan kecap asin untuk menambah rasa. Kasih 4 jempol deh sama jempol kaki sekalian... enakkkk enakk. Hehehe...
6. Pisang Epe, terusan pesisir Pantai Losari
Ga ketinggalan nyobain jajanan khas Makassar, malam hari udara sudah mulai sejuk, nikmatin udara kota di pinggir laut losari sambil ngemil pisang epe, artinya pisang jepit. Pisang epe itu adalah pisang raja yang dibakar terus digepengin dengan cara dijepit pakai kayu, lalu disiram gula jawa cair, cuman sekarang udah banyak tersedia berbagai macam toping lainnya. Yaaa sama kaya pisang bakar, cuma bedanya ini dipencet aja pakai kayu.
Satu porsi pisang epe harganya 15000 rupiah. Pisangnya ga begitu manis, jadi masih agak setengah matang, cocok dimakan pakai toping gula jawa cair nya (rasa original), saya juga pesan yang rasa coklat keju, enak juga, ga benyek karena pakai pisang yang ga terlalu matang. Boleh juga lah...
7. Sop Konro dan Konro Bakar Karebosi, Jalan G. Lompobattang no.41
Terakhir jangan ninggalin kota Makassar tanpa nyobain sop konro khas makassar. Kali ini agak mewah nih harganya, tapi udah sampe kesini, rugii dong kalau nggak nyobain toh. Rumah makan konro karebosi ini di Jakarta ada cabangnya di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Saya pesan satu porsi sop konro (50000 rupiah) dan satu porsi konro bakar (51818 rupiah).
Yang mau saya komentari pertama kali sebenernya kondisi rumah makannya. Ruko 3 lantai kalau nggak salah lihat, cuma begitu masuk ruangannya, ughhh bau amis daging sapi mentah menyeruak, bikin enek suerrr dah, mungkin karena saya hidungnya sensitif ya. Langsung deh ilfeel mau makan. Cuma udah jauh-jauh toh, ya tahan-tahan-in sampai akhirnya otak merespon untuk tidak menghiraukan bau itu lagi. haha...
Hasilnya apa yang saya makan jadi kurang sedap, cuma kan harus obyektif kalau menilai sesuatu, betul sodara-sodara?! Dagingnya empuk, kuah dan rasanya juga enak, cuma dagingnya kok tivis ya, terus kuahnya sayang agak kurang panas dikit, dan agak hambar, kok enakan Jakarta toh ya? hahaha... Sambel-nya juga encer banyakan airnya, wahhh sayang deh, ini jujur kecewa saya. Kalau diukur skala 5 bintang yang tertinggi, saya cuma bisa kasih bintang 2,5, karena segi kebersihan dan kenyamanan aja udah kurang, eh tambah lagi makanan yang rasanya kurang greget. Semoga bisa ditingkatkan ya Rumah Makan Sop Konro Karebosi.
Okayy, kira-kira begitulah cerita kisah kuliner saya selama di Makassar, so far makanan-nya uenakk enakkk, hanya nasi kuning yang cukup menoreh luka di hatiku, nyaaahahaha... cuma kan selera orang beda-beda yah, jadi mungkin untuk ukuran lidah orang Makassar ini adalah favorit mereka. Habis dari Makassar, pulang Jakarta cari yang sayur-sayur, kebanyakan makan daging hati-hati ya kolesterol. Ada satu makanan yang nggak sempet dicoba, ikan bakar!!! Next time kalau ada kesempatan ya, akan di share lagi.
No comments:
Post a Comment