Tuesday 30 September 2014

Song Fa bak kut teh dari Singapore

Orang indo termasuk saya rasanya gampang banget kemakan merk ya, begitu denger merk impor, lgs berebutan deh. Makanan apalagi, begitu denger ini merk dari taiwan atau dari america atau dari singapore, ga peduli mahal apa tidak, worth apa tidak, pokoknya harus di cobain. 

Padahal kl yang merk lokal, rasanya juga ga kalah enak, malah lebih enak kadang karena sesuai lidah kita orang lokal. Lagipula, biar merk luar, bahan-bahan juga jamin 100% ga semuanya import. Malah lama2 kl udah laku, bisa saja dia pakai bahan-bahan lokal semua.

SongFa bak kut teh, lokasi di gedung Ozone Centre, sebrang rumah sakit PIK, lantai 2 nya. Gedungnya yang kalau malam hari, lampu birunya mentereng banget tuh di pinggir jalan.

Komplain-komplain tapi saya sendiri ikut2an pecinta produk luar negri, gimana nih?! Hhehee... This time saya nyobain song fa bakkut teh yang dari negara tetangga kita, singapore. Waktu itu jatuhnya pas bulan lebaran, biasanya kan asisten2 rumah tangga pada cuti pulkam, nahh muakinnnnn rameee lah ni restoran, sampe antreeeeeee bows! Kan d rumah ga ada yang masak critanya. Repot cuci piring katanya :p


Saya pesen 2 porsi besar yang campur ada iga nya, dan 1 porsi besar yang daging saja. Plus nasi dll dah. Porsi cukup lah untuk makan 3-4orang, gilaaaaaa pas bayar totalnya 500rb kurang dikit. Omaigosh!!!  Langsung dalam hati, ga mau ah makan di sini lagi kl ga kepepet ga ada makanan lain. Nyahahahaha price 1/5... Poor!


Icip punya icip, rasanya hmmm enakkk sihhh memang kuahnya manis daging. Dan boleh tambah kuah kalau kmu sedot abis kuahnya tapi masih ga cukup. Heheehe Daging yah empuk, lembut ga keras dan ga lembek so pasti. Ginjalnya juga nggak bau. Memang rasanya patut di acungi jempol dehh. 5/5 for the taste. 


Song Fa bak kut teh jangan salah, kita juga punya bak kut andalan yang rasanya ga kalah enak loh. Tau bak kut teh 100 yang di kelapa gading? Next time kl ada kesempatan aku share ya. Dan pastinya harganya ga semahal ini :)

Thursday 18 September 2014

Time for prime steak at Angus House - Jakarta


Siapa saja pastinya pingin cubain makan steak premium yang ga heran kalau harganya bisa bikin kantong jebol. Tapi apa steak-steak itu rasanya sepantas dengan harganya? 

Dibandingan steak-steak yang merakyat, yang membedakan tentunya brand, location, dan pride when u visiting. For taste? Ada yg bilang yang ini jauh lbh enak, itu jauh lbh enak. Padahal bisa saja itu sugesti, atau memang benar yang mahal dah pasti lbh enak dari yang murah?


Angus house, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 21, Chase Plaza 25th Floor, Jakarta Selatan. Tepatnya di sebrang gedung da vinci.





Buku menu dibuka, untuk dinner course alias set menu dipatok dari yang termurah seharga 300.000-an sampai 500.000-an. Jadi hidangan dimulai dari hidangan pembuka, lalu soup, main course alias steak, terakhir baru penutup alias desert.

Dengan interior yang elegan, cocok untuk family dinner atau bisnis dinner atau bahkan couple dinner. Ditambah pemandangan kota jakarta di malam hari cukup membuatku jatuh cinta.





Saya nyobain 2 macam steak, sirloin yang merupakan favorite ku, dan rib eye yang katanya andalan angus house. Di sini kita boleh memilih porsinya, mulai dari 150g sampai 300g. Tidak seperti steak-steak pada umumnya, di sini kita tidak dapat memilih sauce nya. Namun untuk tingkat kematangan bisa di atur sesuai kecocokan lidah masing-masing. Rare, medium, medium well, well done.


Appetizer yang bahasa indonya disebut hidangan pembuka disajikan pertama, sepotong ikan panggang dengan sausnya, juga sepotong udang rebus dengan racikan sambalnya, serta mashed potato ditata cantik dengan potongan tomat mini dan sayur hijau yang memberi warna cerah. Buatku rasanya kurang pas, setengah-setengah, ga medok dan ga nendang. heheehe... cantik tapi belum tentu nikmat, layaknya peribahasa.


Loncat ke bagian terakhir dulu, desert yang disajikan setelah kenyang nantinya menyantap menu utama steak. Kata orang awam itu namanya buat cuci mulut, biar manis lagi lidahnya. hehehe.... cantik, tapi lagi-lagi ga seenak tampilannya. Puding caramel dengan sebatang coklat kayu di atasnya, beberapa potongan buah seperti anggur, strawberry, jeruk, dan buah naga, dan seonggok fla dengan oreo di atasnya. Awalnya saya pikir itu es krim, lagi-lagi kecewa.



Dan hidangan pun tiba, sauce dan toppingnya semua sama. Sepotong daging sapi dilengkapi seiris lemon di atasnya dan sepotong mentega yang mulai meleleh menyatu ke setiap serat daging di bawahnya. Sauce home made yang gurih menyatu di setiap potongan dan gigitan. Cantik!!

Daging yang juicy, tidak terlalu kering dan tidak terlalu keras, kelezatan di tambah harum panggangan yang khas. Namun entah karena lidah saya yang terlalu merakyat atau masalah selera ya, tapi buat saya... hmm.....boleh lah skali-skali. Ya namanya daging ya rasa daging. Saucenya gurih tapi saya lebih suka saus kental mushroom, layaknya steak-steak pada umumnya.

Menurut saya, service dan moment lah yang kita beli ketika kita berkunjung di tempat-tempat seperti ini. Ditambah side dish yang ditata apik dengan porsi yang secui-secuil layaknya makan di restoran prancis berbintang.
 

Angus house, rasa yang ku nilai 3/5 secara keseluruhan karena hidangan pembuka dan penutup yang kurang delicious, untuk price 3/5 untuk bilangan kuliner berbintang masih worth lah, service 4/5 dimana waiter yang selalu siap sedia, dan 5/5 untuk location dan interior ditambah kemudahan mencari parkir. Karena di jakarta sulitnya mencari parkir bisa menjadi penyebab tamu gagal makan di suatu restoran. 

Angus house, wait for next time baby, maybe ;)